Terjemah Dan Syarh Aqidah Al-‘Awam‎ (Bag. 5)

Bab V
Sifat-Sifat Malaikat
وَالْمَلَكُ الَّذِي بِلاَ اَبٍ وَأُمّ # لاَ أَكْلَ لاَشَرْبَ وَلاَنَوْمَ لَهُمْ
“Dan Malaikat yang tanpa ayah dan ibu, tidak makan dan tidak minum serta tidak tidur”.
Syarh:
Umat Islam wajib percaya kepada adanya malaikat sebab hal itu sudah ditegaskan dalam al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT:
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. (البقرة: 285)
“Rasul Telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya”. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. al-Baqarah: 285)
Iman kepada malaikat artinya adalah meyakini bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk yang terbuat dari cahaya, dan tidak pernah durhaka kepada Allah SWT.
Malaikat adalah makhluk yang sangat mengagumkan. Mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak berkeluarga. Mereka dapat merubah bentuk dirinya menjadi manusia, sebagaimana terjadi pada malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak jarang ia menampakkan dirinya dalam bentuk manusia.
Masing-masing malaikat diberi tugas oleh Allah SWT. Di antara mereka ada yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu, mencatat amal manusia, menjaga surga, mengikuti dan menghadiri majlis dzikir. Di antara mereka ada yang ditugaskan hanya untuk menyembah dan bertasbih kepada Allah SWT. Ada pula yang ditugaskan untuk menjaga badan manusia dan sebagainya.
Para malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya. Mereka tidak melanggar larangan Allah SWT ataupun sesuatu yang tidak diperintahkan kepadanya.
Dalam al-Qur’an disebutkan:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ. (التحريم، 6)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. al-Tahrim: 6)
10 Malaikat Yang Wajib Diketahui
تَفْصِيْلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيْلُ # مِيْـكَالُ اِسْـرَافِيْلُ عِزْرَائِيْلُ
مُنْكَرْ نَكِيْرٌ وَرَقِيْبٌ وَكَذَا # عَتِيْدٌ مَالِكٌ وَرِضْوَانُ احْتَذََى
“Rincian sepuluh dari Malaikat adalah Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Mungkar, Nakir, Raqib, Atid, Malik dan Ridhwan yang mengikuti”.
Tugas-tugas sepuluh Malaikat
Malaikat-malaikat Allah SWT banyak sekali, namun yang wajib diketahui hanya sepuluh, yakni;
1.     Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu Allah SWT.
2.     Malaikat Mika’il bertugas memberikan rizki.
3.     Malaikat Izra’il bertugas mencabut arwah.
4.     Malaikat Israfil bertugas meniup terompet pertanda hari kiamat.
5.     Malaikat Munkar dan
6.     Malaikat Nakir bertugas menjaga kuburan.
7.     Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik manusia.
8.     Malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk manusia.
9.     Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga.
10.  Malaikat Malik bertugas menjaga neraka.

Bab VI
Kitab-Kitab Allah
Empat Kitab Allah Yang Wajib Diimani
أَرْبَـعَةٌ مِنْ كُتُبٍ تَفْصِيْلُهَا # تَوْرَاةُ مُـوْسَى بِالْهُدَى تَنْزِيْلُهَا
زَبُوْرُ دَاوُدَ وَإِنْجـِيْلُ عَلَى # عِيْسَى وَفُرْقَانٌ عَلَى خَيْرِ الْمَلاَ
“Rincian empat kitab (yang wajib diketahui) adalah Taurat(nya Nabi) Musa yang diturunkan membawa petunjuk, Zabur(nya Nabi) Dawud, Injil yang diturunkan atas Isa dan Furqan (al-Qur'an) yang diturunkan kepada sebaik-baik Nabi (Muhammad SAW).”
Shuhuf Nabi Ibrahim Nabi Musa
وَصُـحُفُ الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ # فِيْهَا كَـلاَمُ الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ
Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, di dalamnya terdapat firman Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
Syarh:
Iman kepada kitab Allah SWT adalah percaya dan meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan beberapa kitab kepada para rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup manusia.
Dalam hal ini, beriman kepada kitab Allah SWT mencakup tiga perkara:
1. Percaya bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan oleh Allah SWT.
2. Beriman bahwa Allah SWT telah menurunkan beberapa kitab yang wajib diketahui. Yakni, al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, Taurat kepada Nabi Musa as, Injil kepada Nabi Isa as dan Zabur kepada Nabi Dawud as.
3. Mempercayai kepada berita-berita yang dibawa oleh kitab-kitab tersebut.
Kenapa Allah SWT menurunkan kitab kepada para rasul-Nya?. Tidak cukupkah manusia dengan akalnya dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dapat menentukan baik dan buruk untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat?
Jawaban dari pertanyaan ini bisa dilihat dari tiga sisi:
1. Akal manusia itu sangat terbatas. Begitu pula dengan ilmu yang diberikan Allah SWT kepada manusia hanya sedikit sekali. Ibarat setetes air yang berada di samudera yang luas membentang, itulah gambaran ilmu yang dimiliki manusia dibandingkan dengan ilmu Allah SWT.
2. Kalau manusia diberikan kebebasan sepenuh-nya, maka yang terjadi adalah manusia akan berbeda dalam mendefinisikan perkara baik yang dapat mengantarkannya menuju kebahagiaan dunia akhirat, serta perbuatan buruk yang menjadikan hidup manusia menjadi sengsara. Contoh kecil tentang pergaulan bebas atau seks pra nikah. Bisa saja di suatu daerah, misalnya di Barat dianggap baik dan tidak akan menimbulkan kerusakan, tapi dalam budaya timur hal itu merupakan perbuatan asusila yang mendatang-kan kesengsaraan dunia dan akhirat. Di sinilah fungsi kitab Allah SWT yang menjelaskan berbagai hukum Allah SWT.
3. Tidak semua perbuatan dapat diketahui dengan akal manusia. Ada banyak hal yang membutuhkan petunjuk dari Allah SWT agar perbuatan itu dapat dikerjakan dengan cara yang benar. Misalnya tentang tata cara beribadah kepada Allah SWT seperti shalat, puasa dan haji. Untuk mengetahui cara tersebut harus menunggu penjelasan dari Allah SWT melalui kitab dan rasul-Nya. Tanpa penjelasan itu maka manusia tidak akan mengetahui tata cara beribadah yang benar kepada Allah SWT. Inilah diantara beberapa alasan kenapa Allah SWT menurunkan kitab kepada para rasul-Nya.
Meyakini Semua Ajaran Rasul SAW
وَكُـلُّ مَا أَتَى بِـهِ الرَّسُوْلُ # فَـحَقُّهُ التَّسْلِيْمُ واَلْقَبُوْلُ
“Segala sesuatu yang disampaikan oleh rasul, maka kewajibannya adalah meyakini dan menerimanya”
Syarh:
Umat Islam wajib meyakini dan melaksanakan semua yang dibawa dan disampaikan oleh Rasulullah SAW, baik berupa perintah, larangan atau hal yang terkait dengan kabar tentang hal-hal gaib. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ. (الحشر، 7)
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya." (QS. al-Hasyr: 7).
Apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah perkara yang wajib diyakini kebenarannya. Termaktub semuanya di dalam al-Qur’an dan hadits. Ketika Allah SWT dan Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, maka hal tersebut wajib diyakini kebenarannya. Begitu pula pengakuan Allah SWT dan rasul-Nya kepada sahabat nabi, maka wajib bagi umat Islam untuk meyakininya.
Meyakini apa yang dibawa oleh Nabi SAW berarti bahwa umat Islam wajib melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, berbuat baik kepada semua makhluk Allah SWT, kemudian tidak melakukan pencurian, perzinahan, perusakan lingkungan, aniaya, penipuan dan semacamnya, adalah bentuk dari upaya untuk melaksanakan apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dan inilah yang disebut Islam yang sempurna (kaffah) sebagaimana difirmankan Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ. (البقرة : 208)
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. al-Baqarah: 208).
[Bersambung] ke Bag. 6

Leave a Reply

Terima Kasih Atas Komentar Anda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima kasih pada FThemes.com | Converter: Blogger Themes & Blogger Templates
Flippa