Marhaban ya ramadhan, setidaknya kalimat seru inilah yang sekarang terucap dari jutaan bahkan triliunan umat islam diseantero dunia, bulan ramadham adalah bulan kemenangan, bulan terbaik dan bulan dimana tidur dihitung sebagai ibadah, setan penggodapun dipenjara, bulan mutlak untuk beribadah dan berserah diri total pada maha pencipta.
Adalah Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda:
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga),'Hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu, 'pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya, 'Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak. Namun ovang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya.' " (HR. Ahmad)'"
Suatu kenyataan yang perlu kita syukuri ketika bulan ramadhan datang adalah menjadi terisinya barisan sholat dimasjid-masjid, ramainya masjid dengan bacaan-bacaan Al Quran bacaan yang mensucikan namanya, dimana-mana ada tadarusan, ada jama`ah tarawih, ada qiyamullail dan ritual-ritual lain sebagai manifestasi menggapai ridho-NYA.
Namun semua itu, masih saja menyisakan keprihatinan sosial dengan munculnya sikap gerang dan cendrung pragmatis dari sebagian kalangan yang sedang ramai sekarang ini yang biasa disebut –meminjam kalimat Prof. Dr. Said Aqiel- gerakan tabdi` (menbid`ahkan) dan takfir (mengkafirkan), amalan-amalan yang biasa dilakukan oleh kaum nahdliyin mendapat tantangan yang cukup berarti oleh mereka yang mengklaim dirinya sebagai pemurni islam, mengkalim diri mereka sebagai golongan pemegang teguh Al quran dan Al hadist dan sama sekali tidak menerima hal baru seperti acara selamatan, tahlil, tarawih 20 rokaat dll.
Bahkan belakangan ini perbedaan ini tidak hanya berupa perdebatan antar kelompok namun lebih dari itu, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu, adanya aksi penyekapan sebagian jama`ah oleh jama`ah lain hanya karena sholat tarawih mereka 20 rekaat. Sungguh mengejutkan dan membuat kita mengelus dada.
Fenomena sosial kemasyarakatan yang semakin kompleks ini, menuntut kita untuk kreatif dan responsif untuk dengan segera mensosialisasikan ajaran-ajaran Ahlussunah waljama`ah (khususnya yang bercirikan Nahdliyah) yang benar sesuai ajaran Al quran dan Al hadist dengan konsep yang teratur dan mudah difahami oleh semua kalangan (bagian pengantar, Hal. I). Untuk itu kita warga nahdliyin perlu memahami dan mengerti landasan hukum amalan-amalan kita, seperti penetapan awal puasa dan tarawih 20 rakaat yang kerap menjadi masalah. Setidaknya inilah yang menjadi latar belakang tim kajian pustaka amnany yang terdiri dari santri-santri pon-pes talok yang berkerja sama dengan LTN-NU Cabang ngawi, untuk mensosialisasikan ajaran-ajaran ahlussunah wal jama`ah `ala Nahdliyah, lewat sebuah buku tentang amalan-amalan dibulan ramadhan. Buku dengan judul singkat Risalah ramadhan, judul ini memang cukup mewakili isi buku setebal 111 halaman ini. secara garis besar buku ini menyajikan materi lengkap tentang kajian puasa komplit dengan dalil pondasinya. Penempatan bab dan sub-babnya tidak begitu rumit untuk difahami, penyertaan hasil-hasil bahtsul masail walaupun hanya dalam betuk footnote menjadi hal yang umum dibuku-buku yang membahas amalan-amalan warga nahdliyin, termasuk buku ini, seperti tentang metodologi penentuan awal bulan ramadhan (yang dalam buku ini disajikan dalam bab tersendiri) dijelaskan dengan detail dengan beberapa model dan perbedaanya (Bab II, hal. 25). Penjelasan tentang sejarah sholat tarawih dengan 20 rakaat (bab III, hal. 40) juga menjadi sorotan dalam buku ini, lailatul qadar (bab IV, Hal. 64) dan masalah-masalah lain. Beberapa penulisan dan tanda baca memang kurang atau tepatnya belum bisa dianggap mudah, seperti kebanyakan buku islam yang lain, kadang istilah-istilah yang sama sekali tidak tepat di-indonesia-kan harus ditinggalkan dengan hanya menggukan bahasa serapan atau kadang harus terima di maknai dengan makna murod (terjemah tepat dalam bahasa indonesia).
Akhirnya, bagaimanapun secara garis besar, buku ini sangat bermanfaat bagi warga nahdliyin utamanya, dalil-dalil yang disajikan insyallah cukup untuk menjadi pegangan warga Nahdliyin.(MH)
maaf pak klo boleh tau, berapa harganya?, sudah terbit pa belum? dimana bisa dapatnya?
hamba Alloh, Ngawi
untuk sementara jnengan bisa konfirmasi langsung ke PP. Talok, ato bisa hubungi LTN-NU.